Asyiknya Belajar IPA Dengan Penerapan Literasi Sains dan Pendekatan Saintifik

Literasi Sains?? Apakah itu?

Literasi berasal dari kata “literacy” (bahasa Inggris) yang berarti melek huruf atau gerakan pemberantasan buta huruf. Kata sains berasal dari kata “science” (bahasa Inggris) yang berarti ilmu pengetahuan.

PISA (Programme for International Student Assesment) mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi permasalahan yang terkait dengan alam dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka mengerti serta membuat keputusan tentang fenomena alam dan perubahan yang terjadi pada alam sebagai akibat dari ulah tangan manusia. PISA (2000) menetapkan lima komponen proses sains dalam penilaian literasi sains, yaitu:

  1. Mengenal pertanyaan ilmiah, yaitu pertanyaan yang memuat hubungan dua variable atau lebih sehingga dapat diselidiki secara ilmiah
  2. Mengidentifikasi bukti yang diperlukan dalam penyelidikan ilmiah, yaitu proses ini melibatkan identifikasi bukti yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan, termasuk bagaimana prosedur, alat dan bahan dirancang dalam melakukan proses ilmiah.
  3. Menarik kesimpulan, yaitu proses ini melibatkan kemampuan menghubungkan kesimpulan dengan bukti yang telah dikumpulkan melalui proses ilmiah teori yang mendasari dalam pengambilan kesimpulan.
  4. Mengkomunikasikan kesimpulan, yakni mengungkapkan secara tepat kesimpulan yang dapat ditarik dari bukti yang tersedia dan mengkomunikasikannya dalam bahasa lisan maupun tertulis
  5. Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains, yakni kemampuan menggunakan konsep-konsep dalam situasi yang berbeda dari apa yang telah dipelajarinya.

IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) atau sains merupakan ilmu pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan cara melakukan  observasi eksperimentasi dan penyimpulan. Dalam sains ini juga dituntut untuk menemukan sesuatu teori dan pembuktiannya dengan metode seorang ilmuwan atau lebih dikenal dengan metode ilmiah. Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.

Dalam kurikulum 2013 mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang didalamnya terdapat literasi sains, literasi sains berarti dalam kurikulum dituntut untuk siswa dan siswi melek terhadap sains atau ilmu pengetahuan namun sesuai dengan prinsip-prinsip dalam kerja ilmiah. Konsep kurikulum 2013 yang telah dicanangkan oleh pemerintah telah cukup baik untuk mengkemas suatu pembelajaran sains yang lebih interaktif, inovatif dan kreatif bagi siswa dan siswi. Hal ini yang membuat siswa dan siswi lebih mampu memahami materi namun dengan kemasan pembelajaran yang berbeda. Dalam penerapannya literasi sains tidak terlepas dari pendekatan saintifik (scientific approach). Pendekatan saintifik merupakan suatu titik tolak atau cara pandang yang dilakukan oleh guru dalam rangka meniru ilmuwan, karena pendekatan ini meniru langkah-langkah metode ilmiah yang digunakan oleh ilmuwan dalam menemukan ilmu pengetahuan. Pendekatan ini dapat melatih siswa untuk menjadi ilmuwan dalam menemukan konsep yang dipelajari.

Pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan saintifik bersifat kontekstual sehingga langsung bersentuhan dengan kehidupan dan pengalaman nyata siswa, karena pada fase pengamatan siswa seyogyanya diberikan fenomena yang sesuai dengan konteks siswa untuk memberi kesempatan kepada siswa menghubungkan konsep materi di sekolah dengan kehidupannya (Smith, 2010). Pendekatan saintifik dalam pembelajaran sains sangat cocok dengan teori konstruktivis sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Mengajarkan IPA dengan pendekatan saintifik juga berarti melatihkan keterampilan proses sains yang memfasilitasi siswa untuk memahami sains sebagaimana sains ditemukan dan mendorong siswa untuk menciptakan informasi ilmiah melalui penelitian ilmiahnya (Karar & Yenice, 2012).

Pembelajaran IPA selayaknya dilakukan melalui proses pengamatan, selanjutnya dilakukan percobaan untuk menjelaskan atau membuktikan kebenaran suatu konsep sehingga siswa mempunyai pengalaman belajar tentang konsep secara kontekstual (Orion, 2007). Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan saintifik yang mempunyai langkah-langkah, yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasikan/menalar, dan mengkomunikasikan. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses antara lain seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang digunakan para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah. Indikator keterampilan yang dilatihkan dalam pendekatan saintifik mempunyai kemiripan dengan keterampilan proses sains (Rustaman, 2007).

Metode pembelajaran tradisional menjadikan siswa menjadi pendengar yang pasif sedangkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik akan mendorong siswa aktif dalam pembelajaran (Hussain A, et al, 2011). Pendekatan saintifik memberi kesempatan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untu mengadakan proses pengamatan terhadap fenomena yang ditampilkan oleh guru. Xu et al (2012) mengatakan bahwa obyek yang ditampilakn merupakan stimulus bagi siswa untuk belajar. Stimulus yang cocok sangat diperlukan dalam pembelajaran.

Dalam penerapannya literasi sains dan pendekatan saintifik tidak dapat berjalan sendiri, karena literasi sains berkaitan dengan pendekatan saintifik dan inilah yang seharusnya menjadi fokus utama dalam pembelajaran IPA disekolah-sekolah sehingga sejak dini siswa dan siswi sudah diajarkan untuk melihat segala sesuatu dengan cara kerja seorang ilmuwan dimana hasil yang diperoleh itu terlihat bukan pada sebatas hasil dan kesimpulan saja namun terhadap prosesnya sebelum menjadi hasil.

Kurikulum 2013 memiliki konsep kurikulum dimana sains memerlukan pembaharuan dan inovasi-inovasi dalam penyampaiannya sehingga sains sebagai ilmu yang teoritis tidak terkesan kaku sehingga siswa dan siswi dapat menerima dan memahami sains sebagai bagian dari kehidupan mereka. Kurikulum 2013 menerapkan prinsip-prinsip kerja ilmiah dalam mengkemas pembelajarannya. IPA sebagai mata pelajaran yang ada disekolah dengan system kurikulum yang terdapat dalam kurikulum 2013 sangatlah berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Dalam kurikulum 2013 ini IPA menjadi salah satu mata pelajaran yang interaktif dan ini dapat membuat siswa aktif untuk mengikuti pembelajaran IPA disekolahnya dan dengan cara ini siswa dan siswi memiliki kemauan belajar yang tidak merasa terbebani namun mereka merasa senang dengan proses pembelajaran yang menerapkan literasi sains ini. Dalam kegiatannya proses literasi sains dengan pendekatan saintifik ini dapat kita jumpai pada kegiatan praktikum- praktikum yang menarik rasa keingintahuan siswa dan siswi dan percobaan-percobaan sederhana yang dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap ilmu alam yang pasti dan konkret. Pada kurikulum 2013 merancang proses pembelajaran dikelas yang mengarahkan siswa mendapatkan ilmu pengetahuan secara pasti dan nyata namun tentu dalam hal ini tidak terlepas dari peran seorang pengajar dalam menyampaikannya. Siswa dan siswi dituntut aktif dalam kurikulum 2013 ini begitupun pengajarnya harus lebih ekstra aktif dengan menambah wawasan-wawasan eksperimentasi dan pengolahan proses pembelajaran yang lebih interaktif namun tidak terlepas dari peranan literasi sains dan pendekatan saintifik sebagai dasar dalam pemerolehan ilmu secara tepat dan sesuai dengan aspek-aspek penilaian yang terdapat pada kurikulum 2013 yang diantaranya merupakan nilai sikap dan perilaku (moral). Nilai sikap adalah aspek penilaian yang teramat penting. Apabila salah seorang siswa melakukan sikap buruk, maka dianggap seluruh nilainya kurang selain itu  aspek penilaian dalam kurikulum 2013 lainnya adalah pengetahuan (KI-3), keterampilan (KI-4), sosial (KI-2); dan spiritual (KI-1).

Penerapan literasi sains dan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran IPA dapat dikatakan berhasil jika memang hasil dari proses belajar tersebut dapat membentuk kepribadian siswa dan siswi yang sesuai dengan sikap ilmiah. Jika sikap ilmiah telah tertanam dalam kepribadian sehari-hari siswa dan siswi maka capaian proses belajar sangatlah baik karena hal tersebut tidak hanya dapat menjadikan siswa dan siswi senang untuk belajar IPA, namun sikap ilmiah akan tertanam dengan sendirinya jika memang literasi sains benar-benar diterapkan dalam setiap proses pembelajarannya. Siswa dan siswi dapat berkreasi secara aktif dan partisipasi dalam usaha menemukan pengetahuan-pengetahuan yang baru yang dapat membuka wawasan siswa dan siswi seluas-luasnya mengenai dunia sains yang luar biasa bermaknanya.

Penerapan literasi sains dan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 terlihat pada isi dari kurikulumnya dimana pada kurikulum ini menggunakan penerapan tematik dimana satu tema memiliki keterkaitan dengan banyak mata pelajaran, selain itu buku pegangan siswa pada kurikulum 2013 ini dibuat semenarik mungkin dengan adanya gambar-gambar yang dapat menunjang pemahaman siswa mengenai hal yang dipelajari disekolah. Hal ini yang dapat menambah ketertarikan siswa untuk mengetahui IPA lebih dalam lagi dengan begitu siswa dan siswi merasa enjoy dengan pelajaran IPA dan tidak sebatas teori yang dipelajari namun juga mengenai percobaan-percobaan dan fakta-fakta ilmiah yang disajikan dalam materi pelajaran IPA namun tidak lupa untuk mengingatkan siswa dengan aspek spiritual dalam setiap proses pembelajarannya sehingga tujuan pembentukan moral anak bangsa melalui pendidikan ini dapat dikatakan berhasil melalui system pendidikannya.

DAFTAR PUSTAKA

Husain H, Bais B, Hussain A, Samad SA, 2012. How to Construct Open Ended Questions.Procedia– Social and Behavioral Sciences 60 ( 2012 ) 456 – 462.

Karar EE & Yenice N. 2012. The investigation of scientific process skill level of elementary education 8 th grade students in view of demographic features Procedia – Social and Behavioral Sciences 46 ( 2012 ) 3885 – 3889

Organization for Economic Co-operation and Development (OECD-PISA) (last revised 2005). Assessment of scientific literacy in the OECD / Pisa project, http://www.pisa.oecd.org/

Orion, N. 2007. A Holistic Approach for Science Education For All. Eurasia Journal of Mathematics,

Rustaman, N. 2007. Keterampilan Proses Sains. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI (online) (http://www.keterampilan_proses_sains.upi.com)Diakses 25 Juni 201)

Smith, BP. 2010. Instructional Strategies in Family and Consumer Sciences: Implementing the Contextual Teaching and Learning Pedagogical Model. Journal of Family & Consumer Sciences Education, 28(1).

Xu JP, He ZJ, Ooi TL. 2012. Perceptual learning to reduce sensory eye dominance beyond the focus of top-down visual attention. Vision Research 61 (2012) 39–47